Makjah81

Salam semua, blog ini di wujudkan sebagai pemangkin kepada keseluruhan keluarga untuk mengetahui perkembangan serta berita terkini keluarga Mak Jah. Saya, Akmal Daniel Mazelan berharap semoga semua keluarga bersedia untuk memaklumkan perkara atau perkembangan terkini supaya boleh di muatkan ke dalam blog ini untuk tatapan semua. Sebarang info boleh di emailkan ke : akmaldaniel09@gmail.com. Insyaallah semua info terkini akan di muatkan ke dalam blog ini sebaik mungkin. Terima kasih Daniel

Wednesday 14 November 2012

Percutian Keluarga Makjah Ke Medan Hari Yang Ketiga



06 Jun 2010. Sebelum bertolak kami bersarapan pagi di Restoran Hotel International Toba Cottage Perapat pada  jam 7 pagi.






 




 Sarapan pagi di Lake Toba Cottage International.





 










 
Jam 9 pagi kami dibawa ke Jeti untuk menaiki ferry ke Pulau Samosir. Kami disambut dengan ungkapan HORAS HORAS HORAS
 Kedinginan........ 










 Didalam ferry ke Pulau Samosir.
 






Sepanjang Perjalanan kami dihiburkan oleh anak-anak Batak.




Disepanjang berada di Pulau Samosir, kami mengunjungi perkuburan tua Raja Sidabutar, tempat-tempat bersejarah yang lain serta tempat jualan ole-ole.

Samosir, atau Pulau Samosir, adalah sebuah pulau besar gunung berapi di Danau Toba, terletak di utara pulau Sumatera di Indonesia. Administratif, Pulau Samosir ditadbir sebagai enam daripada sembilan daerah dalam Samosir Regency. Tasik dan pulau terbentuk selepas letusan daripada supervolcano beberapa 75.000 tahun yang lalu.

Dengan keluasan sekitar 630 km persegi, Samosir adalah pulau terbesar dalam sebuah pulau, dan pulau tasik kelima terbesar di duniaIa juga mengandungi dua  tasik
lebih kecil iaitu Lake Sidihoni and Lake Aek Natonang. Seberang tasik di timur dari pulau itu terletak Uluan Peninsula. Pulau ini dikaitkan dengan tanah besar Sumatera di bahagian barat oleh tanah yang sempit yang menghubungkan bandar Pangururan Samosir dan Tele di tanah besar Sumatera. Kawasan menawarkan salah satu pemandangan yang terbaik di Tasik Toba dan Pulau Samosir.


Di pintu masuk ke Pulau Samosir.










 
                                                                                    Bersemangat tuuuuuuuu...
 

 

 

Lagenda Lake Toba (cerita rakyat).

Di Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah danau tersebut terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba sedangkan pulau ditengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau tersebut berasal dari kutukan dewa.
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun tanah pertaniannya tidak luas. Ia mencukupi bagi keperluannya dari hasil kerja yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup matang dan sesuai untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.

Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar ikan itu pandai berkata-kata. Kerana keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. 
                                                                                                                                            Perkuburan Tua Raja Sidabut
 Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun. Kerana ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri hati dan mencemburuinya, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.

Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.

Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Isteri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas kelakuan anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas menghantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil memulas telinga anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.

Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir. Itu lah lebih kurang ceritanya.....

Bergambar beramai-ramai di Sipiso Piso Water Fall.








Kelurga Hidayah.











Keluarga Cik Gu Pauzi.
 .
Mak Jah dan Ijam

                                                                   Keluarga Khairudin.

                                                                           Bersama Bapak Syahrian (Pak Ijep).
 


Kami menginap di Green Garden Hotel.



Setelah berlalu selama 4 jam di Pulau Samosir, perjalanan kami diteruskan untuk menuju ke Berastagi.
 
Sebelum makan malam dan berehat kami sempat juga mengunjungi Fruit Market di Berastagi.

Jumpa lagi esok untuk perjalan hari yang ke empat

No comments: