06 Jun 2010. Sebelum bertolak kami bersarapan pagi di
Restoran Hotel International Toba Cottage Perapat pada jam 7 pagi.
Sarapan pagi di Lake Toba
Cottage International.
Jam 9 pagi kami dibawa ke Jeti untuk menaiki ferry ke Pulau
Samosir. Kami disambut dengan ungkapan HORAS HORAS HORAS
Kedinginan........ Didalam ferry ke Pulau Samosir.
Sepanjang Perjalanan kami
dihiburkan oleh anak-anak Batak.
Disepanjang berada di Pulau Samosir, kami mengunjungi perkuburan tua Raja Sidabutar, tempat-tempat bersejarah yang lain serta tempat jualan ole-ole.
Samosir, atau Pulau Samosir, adalah sebuah pulau besar gunung berapi di Danau Toba, terletak di utara pulau Sumatera di Indonesia. Administratif, Pulau Samosir ditadbir sebagai enam daripada sembilan daerah dalam Samosir Regency. Tasik dan pulau terbentuk selepas letusan daripada supervolcano beberapa 75.000 tahun yang lalu.
Dengan keluasan sekitar 630 km persegi, Samosir adalah pulau terbesar dalam sebuah pulau, dan pulau tasik kelima terbesar di dunia. Ia juga mengandungi dua tasik lebih kecil iaitu Lake Sidihoni and Lake Aek Natonang. Seberang tasik di timur dari pulau itu terletak Uluan Peninsula. Pulau ini dikaitkan dengan tanah besar Sumatera di bahagian barat oleh tanah yang sempit yang menghubungkan bandar Pangururan Samosir dan Tele di tanah besar Sumatera. Kawasan menawarkan salah satu pemandangan yang terbaik di Tasik Toba dan Pulau Samosir.
Di pintu masuk ke Pulau
Samosir.
Bersemangat tuuuuuuuu...
Lagenda Lake Toba (cerita rakyat).
Di Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah danau
tersebut terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba sedangkan pulau
ditengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau tersebut berasal dari kutukan
dewa.
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia
seorang petani yang rajin bekerja walaupun tanah pertaniannya tidak luas. Ia
mencukupi bagi keperluannya dari hasil kerja yang tidak kenal lelah. Sebenarnya
usianya sudah cukup matang dan sesuai untuk menikah, tetapi ia tetap memilih
hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di
sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani
tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya
terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak
kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan
itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol
memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan
bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut
mendengar ikan itu pandai berkata-kata. Kerana keterkejutannya, ikan yang
ditangkapnya terjatuh ke tanah.
Perkuburan Tua Raja
Sidabut
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku
sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,”
kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,”
kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka
sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka
tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji
itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik
jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,”
gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang
baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya
dengan tekun. Kerana ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa
kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri hati dan mencemburuinya, dan mereka
menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani.
“Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada
temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak
merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri
Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan
mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang
sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu
kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar.
Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu
pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Isteri Petani selalu mengingatkan
Petani agar bersabar atas kelakuan anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau
bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda
berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji
Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani
itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas menghantarkan makanan dan minuman
ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya.
Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung
pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah
sambil memulas telinga anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri !
Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata
pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya
hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba
menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa
sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk
sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal
dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama
Pulau Samosir. Itu lah lebih kurang ceritanya.....
Bergambar beramai-ramai di
Sipiso Piso Water Fall.
Keluarga Cik Gu Pauzi.
.
Keluarga Khairudin.
Bersama Bapak
Syahrian (Pak Ijep).
Kami menginap di Green
Garden Hotel.
Setelah berlalu selama 4 jam di Pulau Samosir, perjalanan kami diteruskan
untuk menuju ke Berastagi.
Sebelum makan malam dan berehat kami sempat juga mengunjungi Fruit Market di
Berastagi.
Jumpa lagi esok untuk perjalan hari yang ke empat
No comments:
Post a Comment